Kelompok Tani Tanah Perjuangan Desa Simpang Gambus, “Reborn”
Posko Kelompok Tani
Batubara, 12 September 2024
Sumringah, adalah kata yang tepat untuk menggambarkan raut wajah Siska Farisna saat melintasi jalan lintas Sumatera setelah melewati Simpang Gambus. Simpang Gambus tersebut adalah salah satu simpang yang ada disebelah kiri dari arah kota Medan sebelum sampai di simpang Limapuluh. Betapa tidak, saat itu secara tidak sengaja dia melihat gagahnya kibaran Bendera Merah Putih ditengah-tengah beberapa spanduk berwarna putih.
Pada spanduk-spanduk putih yang Ia lihat, terdapat kata demi kata yang dituliskan dengan cat berwarna merah dan hitam. Saat itu tanpa sadar dengan suara tinggi Siska berkata, “Kelompok Tani Simpang Gambus !” lalu tersenyum lebar dan tertawa sambil bertepuk tangan.
Baca : https://www.tarunaglobalnews.com/2024/03/kelompok-tani-tanah-perjuangan-simpang.html
Rupanya di spanduk putih tersebut dia melihat tulisan, Kelompok Tani Tanah Perjuangan Desa Simpang Gambus. Tulisan tersebut membawanya terkenang pada masa kecilnya ditahun 2003 hingga 2005. Masa itu dirinya masih duduk dibangku sekolah menengah pertama, dan Ia merupakan anak dari Ketua Kelompok Tani Danau Sijabut.
Masa itu Ayah, Ibu dan Kakak nya sangat aktif dalam pertemuan demi pertemuan yang membicarakan tentang perlunya sebuah persatuan strategis bagi kelompok tani yang ada di Asahan, terkhusus kelompok tani yang terbangun sebagai persatuan bagi para petani yang tanahnya diduga dirampas di masa orde baru oleh pihak yang sama. “Kelompok Tani Ayah dulu sama-sama di FPTR dengan Kelompok Tani Simpang Gambus ini”, tutur Siska.
Kelompok Tani Tanah Perjuangan Desa Simpang Gambus adalah organisasi yang dibangun oleh para petani atau keluarga petani yang pada masa orde baru tanahnya diduga dirampas oleh perusahaan perkebunan. Mereka pada umumnya adalah masyarakat yang tinggal di Desa Simpang Gambus maupun sekitaran Desa Simpang Gambus.
Dari spanduk yang ada disepanjang pinggir jalan tersebut, diduga terjadinya dugaan perampasan tersebut pada kisaran tahun 1970. Sudah cukup lama, namun sepertinya masih terus berbekas diingatan para petani dan keluarganya. Ingatan akan dugaan kejadian perampasan tersebutlah yang mungkin membuat saat reformasi 1998, kelompok tani tersebut terbentuk.
Lihat Juga : KELOMPOK TANI TANAH PERJUANGAN DESA SIMPANG GAMBUS UNJUK RASA KE KANTOR DPRD & BUPATI BATU BARA (youtube.com)
Dari pantauan gerakanmerdeka.com dilapangan, terdapat posko yang terbuat dari kayu seadanya yang beratapkan rumbia dan nipah. Diduga, posko tersebut dibangun diatas tanah yang sedang diperjuangkan oleh kelompok tani tersebut. Di Posko tersebut terdapat sepanduk yang bertuliskan Posko Kelompok Tani Tanah Perjuangan Desa Simpang Gambus.
Diketahui juga dari sepanduk lainnya yang ada di posko tersebut, ada permintaan kelompok Tani terhadap Tim Panitia B Kanwil BPN Sumut. Permintaan tersebut terkait dengan pengembalian tanah yang menjadi objek tuntutan mereka. “Namun belum diketahui pastinya respon Panitia B tersebut hingga saat ini”, tutur Pak Ucok salah satu anggota Kelompok Tani yang ditemui dilapangan.
Siska berharap perjuangan yang sedang dijalankan oleh kelompok tani ini dapat mendorong bangkitnya kembali kelompok lainnya. “Di Asahan (sebelum pemekaran), cukup banyak kelompok seperti ini, termasuk kelompok yang diketuai Ayah saya”, tuturnya. Lanjutnya, “Sepengetahuan saya belum ada yang berhasil mencapai penyelesaian”.
Dari wawancara jurnalis gerakanmerdeka.com dengan Evan Hutagaol, kedua kelompok tani tersebut dahulunya adalah bagian dari FPTR. “FPTR adalah persatuan strategis kelompok kelompok tani yang ada di Asahan (sebelum pemekaran) dalam mendorong dilaksanakannya penyelesaian sengketa tanah melalui mekanisme Kerpres 34 Tahun 2003 Tentang Kebijakan Nasional Dibidang Pertanahan”. Evan menyampaikan hal tersebut kepada Jurnalis gerakanmerdeka.com melalui komunikasi WA. FPTR sendiri menurut Evan adalah singkatan dari Front Pembebasan Tanah Rakyat.
Siska menyampaikan harapannya agar pemerintah mau mengambil kebijakan yang dapat menjawab tuntutan kelompok tani. “Mudah-mudahan dengan kekonsistenan kelompok tani yang terus berjuang, dapat melahirkan kebijakan pemerintah yang bersifat win-win solution, tutup Siska. (Van)
What’s your Reaction?
+1
+1
+1
+1
+1
+1
+1