MARSINAH, PERJUANGAN BURUH PEREMPUAN & ALIANSI LINTAS SEKTOR
MARSINAH, PERJUANGAN BURUH PEREMPUAN & ALIANSI LINTAS SEKTOR
gerakanm | | 0 comments | 302 views
MARSINAH, PERJUANGAN BURUH PEREMPUAN & ALIANSI LINTAS SEKTOR
Marsinah adalah sosok perempuan tangguh yang layak dijadikan sebagai inspirasi. Nama Marsinah kerap digaungkan saat demonstrasi yang dilakukan para buruh.
Dahulunya, Marsinah lahir di Nglundo, Nganjuk, Jawa Timur pada tanggal 10 April 1969. Semasa hidupnya, Marsinah dikenal sebagai perempuan vokal yang menyuarakan keadilan dan memperjuangkan hak-hak buruh.
Bahwasanya, Ia merupakan salah satu buruh yang bekerja di perusahaan arloji, yaitu PT. Catur Putra Surya di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Marsinah dibunuh pada masa Orde Baru. Ia ditemukan tewas secara mengenaskan di wilayah hutan Jati Wilangan, Desa Jegong, Kecamatan Wilangan Nganjuk pada tanggal 8 Mei 1993.
Beberapa hari sebelum kematiannya, Marsinah memimpin unjuk rasa pada tanggal 3 dan 4 Mei karena pelanggaran sejumlah hak buruh yang dilakukan oleh perusahaan tempatnya bekerja itu. Dalam aksi yang dipimpinnya, para buruh menuntut kenaikan upah dan melakukan mogok massal. Kemudian Marsinah dinyatakan hilang pada 5 Mei setelah menyerahkan surat protes pada perusahaan.
Pada dasarnya, sejarah Marsinah penting untuk selalu diingat oleh kaum buruh. Cerita Marsinah seharusnya mampu untuk membuat kaum buruh khususnya buruh perempuan, tidak takut untuk bersuara. Penindasan terhadap buruh perempuan masih terus saja terjadi, oleh karenanya bangkitlah buruh perempuan. “Saya percaya bahwa akan lahir marsinah marsinah yg lain yang akan bersuara memperjuangkan kemerdekaan dan kesejahteraan kaum buruh perempuan”, ungkap Ridho Pratama Sibarani, S.P., Caleg Partai Buruh Kabupaten Asahan Dapil 5.
Solidaritas
“Solidaritas antar serikat harus dibangun kembali, dan dijaga terus satu dengan yang lainnya, karena Terlepas dari begitu banyak nya serikat pekerja dan serikat buruh yg ada di republik ini, tujuan utama nya adalah agar dapat mencerdaskan para pekerja buruh”, tambah Ridho.
Ridho juga menfatakan, “sektor buruh, tani, nelayan, kaum miskin desa dan miskin kota semua terintegritas menjadi satu kesatuan yang saat ini merasakan penindasan, ketidak ADILAN, kemiskinan, dan kesewenang-wenangan dari para penguasa dan pengusaha, oleh sebab itu walau pun kita berbeda serikat, namun jangan lupa kita tetap satu tujuan, kemerdekaan dan kesejahteraan para pekerja/buruh.” (Rarae)