Organisasi Petani, Solusi Bagi Kaum Tani Melawan Gagal Panen
Haranggaol, 26 Desember 2024
Bawang, dahulunya adalah komoditi pertanian andalan masyarakat Haranggaol. Dahulu, ekonomi masyarakat disana sangat tertopang berkat hasil yang menggembirakan dari komoditi tersebut. Namun saat ini semua sudah berubah. Bawang tidak lagi menjadi komoditi andalan, dan saat ini kejayaan bawang Haranggaol pun sudah tinggal kenangan.
Baca : Sirulo TV: Wisata Haranggaol Tinggal Kenangan – SoraSirulo.Com
Salah satu petani bawang yang hingga saat ini masih menanam bawang menceritakan keluh kesahnya terkait hasil pertaniannya. “Menanam Bawang ini ngeri-ngeri sedap, tantangannya ada pada hasil dan juga pada harga. Kadang hasil panen yang buruk mengakibatkan hilangnya modal. Tetapi harga yang buruk pun dapat menghilangkan modal sekalipun hasil panen cukup baik”. Hal ini dituturkan salah satu petani di sana yang tidak mau disebutkan namanya.
Dia juga menceritakan massa kejayaan bawang dari Haranggaol di sekitaran awal tahun 2000an. “Kalau dulu, bawang nya yang membuat Haranggaol ini terkenal kemana-mana. Bukan wisata danau apalagi keramba,” tuturnya. Dari wawancara dengan beberapa petani disana, pandangan yang sama juga didapat terkait kejayaan bawang Haranggaol dimasa lalu.
Elfanta Purba yang merupakan aktifis Tani di Sumatera Utara menuturkan perlunya petani sadar berorganisasi. “Tidak hanya di Haranggaol, dimana-mana masalah petani itu sama”, tegasnya kepada Jurnalis gerakanmerdeka.com. “Masalah petani itu terjadi sejak awal hingga paska panen,” ungkap laki-laki yang akrab di sapa Fanta ini. “Saat memulai bertani, petani berhadapan dengan masalah bibit yang terkadang tidak baik atau malah mahal”, terangnya. Lanjutnya, “saat panen tiba, petani berhadapan dengan masalah harga yang rendah yang mampu menghabiskan modal”.
Baca Juga : APAKAH PETANI HARUS MENJADI BURUH, PEDAGANG ATAU LAINNYA ?
Menurut Fanta, petani tidak akan mampu sendirian menghadapi semua permasalahan nya dalam menjalani aktifitasnya sebagai petani. “Petani itu harus bersatu dalam sebuah organisasi tani, dimana organisasi itu adalah alat bersama untuk menyelesaikan masalah bersama mereka”. Fanta tegaskan hal tersebut dengan bersemangat. Ia juga mengatakan bahwa petani harus sadar peran penting pemerintah dalam permasalahan petani. “Kan tugas pemerintah mensejahterakan rakyat, jadi pemerintah itu harus ditagih kinerjanya”, simpulnya.
Bagi Elfanta, petani harus menarik pemerintah berperan mulai dari proses awal bertani hingga urusan harga yang layak. “Pemerintah itu harus di beri tahu masalah petani dalam proses bertani, hingga paska panen”, pungkasnya. Sambungnya, “dan itu hanya bisa terwujud dengan adanya organisasi bagi petani yang disebut organisasi tani”. “Tanpa organisasi tani, petani tidak akan bisa menarik pemerintah berperan aktif dalam proses bertani”, tegas Elfanta.
Petani Karo dan Deli Serdang hingga kini masih terus berjuang memperbaiki kondisi pertaniannya. Namun, perjuangan itu sudah dilakukan dengan mengedepankan perjuangan dengan alat berupa organisasi tani. “Saya mendampingi kawan kawan petani yang tergabung didalam Serikat Tani Tanah Karo (STTK) dan juga Serikat Tani Deli Serdang (STDS)”, tuturnya. Menurut Fanta, perjuangan petani dengan menggunakan organisasi adalah konsep perjuangan modern kaum petani. “Jadi, saya menghimbau agar petani Haranggaol, segera berorganisasi agar petani tidak menjadi buruh ketika gagal pertaniannya”, tutup Fanta. (yig)