“BANJIR”, Bisa Karena Kebijakan Kota Yang Tumpang Tindih
“BANJIR”, Bisa Karena Kebijakan Kota Yang Tumpang Tindih
Pojok Keluhan Masyarakat
Kita pasti masih ingat, bahwa salah satu kampanye para calon Walikota Medan beberapa tahun lalu adalah penanggulangan banjir. Betapa tidak, sebab itu keluhan mayoritas masyarakat Kota Medan pada masa kampanye dahulu. Tentunya, berbagai ide penanganan banjir harus dituang membanjiri pemikiran masyarakat agar dapat mendulang suara mereka.
Namun banjir bukan sekedar jumlah curah hujan. Bukan sekedar kebiasaan masyarakat dalam hal membuang sampah. Bukan juga dalam hal kebersihan selokan maupun parit dan sungai. Ternyata banjir juga menyangkut sinergi dan koordinasi antar instansi. Kita ketahui setiap tahun instansi membuat program kerjanya. Program kerja yang tentunya harus mengacu kepada visi misi Walikota terpilih.
Bayangkan jika tiap instansi justru membuat program yang tidak terkoordinasikan dan terkomunikasikan dengan instansi lain. Tentunya bukan capaian kesejahteraan yang akan terwujud, justru pemborosan dan kerugian pada masyarakat.
27 Mei 2023, Jurnalis gerakanmerdeka.com melakukan pemantauan terhadap projek pembangunan jalan di Jalan Bunga Asoka, Medan. Lokasi itu tak jauh dari rumah Walikota Medan sebelum menjadi walikota.
Jurnalis gerakanmerdeka.com melihat projek tersebut ternyata adalah penimbunan jalan yang ada dengan menggunakan semen curah. Semen curah dituang kecetakan yang sudah ada, diratakan dan bagi yang sudah kering disiram dengan air.
Alhasil, akhirnya jalan tersebut lebih tinggi dari rumah warga yang ada dipinggir jalan tersebut. Sudah dapat diduga, ketika banjir air akan turun ke rumah warga jika parit tidak cukup besar menampung air. Jika hujan deras, tentunya warga akan was was akan efeknya yang berupa banjir.
Dijalan tersebut juga ada sebuah sekolah negeri yang bernama SMP Negeri 1 Medan. Kondisinya, jalan juga lebih tinggi dari jalan masuk kedalam sekolah tersebut.
Untuk instansi yang bertanggung jawab dibidang pembangunan jalan, maka target menyelesaikan jalan rusak akan tercapai. Namun bagaimana dengan instansi yang mengurus banjir ? bukankah ini akan semakin sulit ? Sepertinya instansi bidang pendidikan juga terkait jika melihat keberadaan SMP Negeri 1 disana.
Koordinasi dan komunikasi adalah kata kunci yang harus dilakukan antar instansi pemerintah. Sebab jika tidak yang terjadi bukanlah saling dukung, namun akan saling merusak target kerja.
Apakah membuat was was pada masyarakat juga menjadi program pemerintah untuk masyarakat ?
Seharusnya tidak, apalagi dengan Selogan Koalisi Medan Berkah, harusnya berkah yang diberikan, bukan was was. Akan tetapi wajah Ibu yang tinggal dalam gang tersebut pada gambar, tak bisa menyembunyikan rasa was was nya. Ketika ditanya oleh Jurnalis gerakanmerdeka.com tanggapannya, kata “lihat aja sendiri” dari mulutnya punya arti yang jelas.
Subagio, Koordinator Posko Orange Partai Buruh Sumut menyatakan, “Ini Bapak Walikota harusnya mengetahui lewat Camat dan Lurah was was nya warga.” Dia menambahkan, “tapi kalau melihat was was nya warga di Jalan Flamboyan Raya Tanjung Selamat yang belum juga digubris, sepertinya warga harus teriak ke kantornya”. “Ini model pemimpin yang harus dipertimbangkan lagi lah untuk periode berikutnya, warga harus cerdas melihat ini”. Hal ini disampaikan Subagio saat rapat dikantornya Posko Orange Partai Buruh Sumatera Utara.
Dia mengatakan, bahwa kita bisa melihat di Youtube bagaimana respon walikota akan demo mahasiswa baru baru ini. Dia menuntut mahasiswa yang datang demo dan mencoret pagar kantor walikota. “Ya kalau tak mau ada anarkis, solusinya dengar suara rakyat sebelum mereka jenuh dan berbuat diluar batas”. “Belajar mendengarlah, jangan pura pura tidak dengar dan tidak mengetahui, apa fungsi Lurah dan Camat ?” Tutur Subagio.
“Kami posko Orange akan surati Walikota, kita mau lihat dia bisa dengar nggak suara masyarakat yang kami tuliskan dalam surat kami”, tutup Subagio
Lihat Video : Wali Kota Medan di Demo (part 1) – YouTube
(Rarae)