Karin Sabrina, “SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL”


Karin Sabrina
Karin Sabrina

Karin Sabrina, “SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL”

Saat ini, situasi politik, sosial, ekonomi dan cuaca terasa sangat ekstrim, panas membara diselingi banjir bandang. Segala media mainstream di Indonesia beritanya tidak  jauh dari Pemilu 2024 serta berita tentang ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia, tentu saja berita korupsi dan berita pertikaian antara artis juga banyak, tetapi hari ini; 2 Mei 2023 diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional, maka saya ingin fokus pada dua hal, Pendidikan tinggi dan Pemilu.

Saya merasa perlu mengaitkan Pendidikan tinggi dengan Pemilu, karena setelah Pemilu raya selesai, terlihat jelas bagaimana potret pendidikan tinggi kita. Banyak sekali bermunculan mereka yang memiliki gelar pendidikan sangat tinggi dan mereka yang mendapat kesempatan mencicipi pendidikan di luar negeri tetapi perilakunya tidak berbanding lurus dengan kehalusan sikap berbicara dan budi pekerti di hadapan publik.

Banyak individu yang saya asumsikan sudah mencicipi pendidikan strata sarjana di negeri ini, malah mengejek dan menghina dan mengucapkan hal yang tidak baik, lalu direkam, dan di sebarkan di media sosial. Bahkan baru-baru ini ada seseorang yang bekerja di Badan Riset Nasional tetapi membuat postingan mengancam bunuh di media sosial, sangat jauh dari sikap orang yang berpendidikan tinggi.  Pendidikan memang tidak sama dengan sekolah tinggi. seseorang bisa saja sekolah tinggi, tetapi sikapnya tidak terdidik dan ada saja orang yang tidak pernah mencicipi sekolah tinggi tinggi, tetapi sikapnya sangat terdidik.

Sekolah tinggi Negeri tak pernah sepi peminat, setiap tahun ratusan ribu pelajar mencoba peruntungannya untuk dapat belajar di Perguruan Tinggi Negeri, meskipun  daya tampung  sekolah tinggi jauh dibawah itu, di setiap PTN, setiap jurusan paling memiliki 3-4 kelas dengan 25 orang di setiap kelas. Jumlah peminat versus kapasitas  ini membuat persaingan masuk ke PTN itu luar biasa keras, dan mungkin itu juga yang membuat biaya nya semakin melambung tinggi dan format ujian saringan masuknya terus berubah, menemukan formula seleksi yang paling baik, adil dan efisien.

Demikian pula dengan Pemilu yang bertujuan untuk menyeleksi para pemimpin pemerintahan baik tingkat eksekutif maupun legislatif, perserta yang lulus seleksi tentulah sangat sedikit dibandingkan dengan peserta yang ikut bertarung di pemilihan, maka sering terdengar mereka yang menghalalkan segala cara dan bersedia membayar segala biaya agar bisa terpilih. Para peserta Pemilu biasa tampil pada spanduk besar dengan foto, nama dan gelar pendidikan yang panjang, tentu dengan harapan  konstituen akan melihat betapa tinggi tingkat pendidikan mereka. Sebagai pemilik satu suara sah di pemilu 2024 nanti saya ingin menyampaikan saya sudah lama berhenti percaya bahwa gelar pendidikan yang panjang merepresentasikan tingat kecerdasan apalagi tingkat keterdidikan seseorang, dan saya juga yakin saya tidak sendirian.  

Pada akhirnya saya  berharap, semua yang lulus seleksi Perguruan Tinggi Negeri tahun 2023, mau mengikuti proses perkuliahan dengan baik dan setelah menyandang gelar sarjana nanti, benar-benar menjadi orang berpendidikan tinggi yang baik tutur katanya, sehingga saat dia mengikuti Pemilu di masa depan, dia juga bisa punya mental siap menang siap kalah, saat menang tidak jumawa dan saat kalah mengakui kekalahan dengan terhormat, mengharamkan makan gaji buta dan mampu bekerja sama dengan lingkungannya untuk mewujudkan perdamaian dunia. Demikian tulisan ini saya persembahkan bagi sesiapa saja yang tertarik membacanya.

What’s your Reaction?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

Berita Terkait

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Top