“PENDIDIKAN & KESUKSESAN” (Sebuah Refleksi Dunia Pendidikan)
“PENDIDIKAN DAN KESUKSESAN” (Sebuah Refleksi Dunia Pendidikan)
Karin Sabrina
Kita menerima tiga macam pendidikan, satu dari orang tua kita, satu dari guru sekolah kita, dan satu lagi dari dunia nyata. Pendidikan dari yang ketiga ini bertentangan dengan semua yang pernah diajarkan oleh Orang tua dan Sekolah kepada kita.
― Charles Louis de Secondat Baron de Montesquieu
Saya tidak berbicara untuk semua Orang, tetapi, ada anggapan pada orang tua saya dan teman-temannya, bahwa anak-anak di sekolah yang selalu mendapat nilai tinggi dalam matematika akan menjadi orang yang paling sukses; mereka yang memiliki nilai tinggi di sekolah pasti akan mendapatkan pekerjaan bergaji tinggi, mereka bahkan tidak perlu mencari pekerjaan, Posisi mentereng akan ditawarkan kepada mereka di atas nampan emas.
Saya sendiri memang tidak pernah berada dalam kelompok “pintar matematika” itu sepanjang masa sekolah; dan ibu saya sendiri tidak pernah segan untuk membandingkan saya dengan anak-anak yang “pintar matematika” tadi: Kenapa sih Kau nggak bisa seperti si polan dan si palin? Kau tengok orang itu selalu rengking! Selalu dipanggil kedepan pas bagi raport, bangga kali lah mamak kalau kau kayak gitu! dst…
Sekarang, berusia empat puluhan, sudah selesai masa sekolah, dan berjibaku dengan kerasnya dunia nyata, saya kadang-kadang bertemu dengan teman-teman sekolah dulu, mereka yang dijuluki anak-anak emas, kesayangan guru. Dan ternyata mereka juga sama saja seperti saya, mereka juga jatuh-Bangun-jatuh dalam hidup, mereka juga memiliki banyak masalah dalam hidup; tidak ada perbedaan “kesuksesan” yang signifikan antara saya, siswa nilai rata-rata tujuh dengan mereka, siswa emas.
Jadi sekarang saya yakin, bahwa rangkaian skill yang kita butuhkan untuk menghadapi dunia nyata sangat jauh berbeda dengan skill set yang diajarkan di sekolah. Seringkali kita perlu melupakan keterampilan yang dulu kita hafal mati di sekolah. Kita juga perlu belajar untuk membuat konsep baru tentang ukuran “sukses”, konsep baru yang harus sangat berbeda dengan yang kita pelajari di sekolah dan (mungkin) dengan yang diajarkan oleh orang tua. Kita sangat bisa dan sangat perlu untuk membuat konsep sukses yang lebih personal bagi kita. Bagi saya sendiri, definisi sukses adalah ketika saya dapat hidup tenang di tepi tao toba, punya perpustakaan kecil, dan saya bisa punya waktu yang membaca buku selama yang saya ingin.
Saya tidak mengatakan bahwa pendidikan dari orang tua dan sekolah itu tidak penting, tetapi kita semua harus ingat bahwa kehidupan setelah masa sekolah sebenarnya adalah awal dari pendidikan yang baru. Kita tidak boleh lupa memberi tahu anak-anak kita bahwa untuk dapat berkembang dalam ‘pendidikan dunia nyata’ ini, mereka harus bisa belajar dan melupakan, beradaptasi dan bertahan, membangun dan menghancurkan, membuka dan melindungi diri mereka sendiri.