BURUH BANGUN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA
BURUH BANGUN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA
Sampai detik ini kaum kelas pekerja harus terus konsisten dalam barisan perjuangan, membangun organisasi, meningkatkan pengetahuan politik dan hukum serta terus melakukan aksi-aksi. Kita harus syukuri serta bangga atas apa yang sudah kita perjuangkan telah memberikan banyak kemanangan yang manfaatnya dirasakan oleh seluruh masyarakat. Namun kita juga menyadari besar dan kerasnya pejuangan kita hari ini masih belum mampu mengimbangi kekuatan kaum pemodal yang terus mebalas dengan dikeluarkannya kebijakan dan aturan pemerintah yang semakin mengancam kedaulatan kelas pekerja selaku manusia yang tinggal di negara merdeka.
Oleh sebab itu, perjuangan kita harus semakin besar semakin cepat dan juga tepat. Salah satu yang sederhana namun penting dan mungkin kita abai selama ini adalah membangun ketahanan pangan rumah tangga di rumah rumah kaum buruh.
Kedengarannya mungkin sedikit aneh dan lucu, munculnya pertanyaan di benak kita, bagaimana buruh membangun ketahanan pangan dirumah? Apa hubungan pangan dengan perjuangan kaum buruh? Bagamana bisa buruh yang notabene tidak punya lahan bisa membangun ketahanan pangan? Dan masih banyak lagi.
Pertama kita harus menyadari bahwa kebutuhan paling mendasar bagi kita dalah kebutuhan pangan. Sebab tanpa makan semua akan binasa. Yang kedua kita tidak harus berfikir mampu memenuhi semua kebutuhan pangan sendiri tapi kita akan memulai dari apa yang bisa kita lakukan sekarang. Dan yang ketiga ketika secara perlahan kita mampu memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga maka semangat dan kemampuan perjuangan kita akan semakin besar.
Paling sederhana saja, bila kita asumsikan setiap ibu rumah tangga harus mengeluarkan uang Rp 5.000 untuk belanja sayur setiap hari maka selama satu bulan ia harus mengeluarkan Rp 150.000 setiap bulan hanya untuk sayur. Sedangkan hari ini dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah membuktikan bahwa bertani hari ini tidak harus memiliki hamparan lahan luas. Dan juga tidak harus bergantung ke pupuk kimia, dengan mengolah limbah rumah tangga semua kebutuhan pestisida dan pupuk bisa dipenuhi.
Semua tempat yang tersinari matahari cukup bisa dijadikan untuk menanam tanaman. Dan sayur adalah tanaman yang paling mudah dan juga paling dibutuhkan oleh manusia. Lalu kenapa kita tidak mencoba untuk mananggulangi kebutuhan sayur kita sendiri tanpa bergantung lagi ke pasar.
Tentu bukan masalah mudah karana kita tidak punya pengalaman, budaya, lingkungan sebagai petani apalai dalam pembuatan pestisida dan pupuk alami. Tentu saja itu tidak masalah selagi kita mau belajar semua bisa dipahami.
Kita hanya perlu merubah cara kita memahami realita hidup. Kita tentu sudah nyaman dengan kebiasaan kita sebelumnya, untuk mengubah kebiasaan bukanlah perkara mudah, ya tentu saja! Tapi saat kita sedang dalam keadaan darurat kita harus bekerja di perusaahaan, perkebunan, pabrik dan sebagainya, kita juga harus berserikat, berdiskusi, aksi dan juga memikirkan masa depan anak-anak kita dan yang paling penting kita harus mengingat bahwa kita kaum yang dilemahkan dan rentan mendapatkan kesewenang-wenangan serta sulit mendapatkan perlindungan dari negara.
Berangkat dari kesadaran atas kondisi ini maka sungguh kita harus bersikap dan bertindak lebih bijaksana dalam setiap proses kehidupan kita. Dengan asumsi perhitungan diatas maka biaya iuran di serikat dan beberapa biaya lain bisa di penuhi dari penekanan biaya pengeluaran melalui budaya membangun ketahanan pangan rumah tangga buruh. (Elfan)