Resensi buku “Orang Orang Biasa” dari Andrea Hirata
Resensi buku “Orang Orang Biasa” dari Andrea Hirata.
Private Collection of ririn.koko.home.blog
Apakah kamu termasuk kaum yang percaya bahwa uang tidak bisa membeli kebahagiaan? Atau.. kamu adalah loyalis teori kapitalis; bahwa semua masalah kehidupan akan selesai jika kamu menguasai kapital yang besar? Atau kamu merasa kamu adalah kaum BPJS (Budget Pas-pasan, Jiwa Sosialita)? Atau kamu merasa tiga golongan di atas sama sekali tidak mewakili kamu.. Apapun konsep kamu mengenai uang, buku ini di tulis untuk kamu! Untuk saya! Untuk kita semua!
Di buku ini Andrea Hirata kembali merayakan hal-hal yang biasa dalam hidup. Memposisikan kata damai dengan sangat tinggi; berdamai dengan masa lalu, berdamai dengan kekurangan diri, berdamai dengan luka pengkhianatan, berdamai dengan rutinitas, berdamai dengan jalan terjal mencapai cita, berdamai dengan kemiskinan, berdamai dengan kenangan dan harapan.. singkatnya.. berdamai dengan hidup.
Mambaca buku ini, kamu akan mengerti bahwa perampok memiliki kasta yang berbeda dengan pencuri. Saat pencuri minum kopi dan tangannya tak sengaja terkena cangkir panas maka dia akan langsung menarik tangannya, sementara saat perampok tidak sengaja memegang cangkir yang terlalu panas, maka dia akan tetap memegang cangkir itu. Perampok bukanlah orang yang suka meragu. Perampok menerima konsekuensi dari setiap keputusan yang dia ambil.
Di buku ini kamu akan menemukan perampokan di dalam perampokan, direncanakan dengan sangat cermat oleh kelompok perampok yang belum pernah merampok seumur hidup mereka. Perencanaan yang lama, 21 kali meeting rahasia di ruangan yang di “kedap-suara”kan dengan wadah kertas untuk telur, ruang meetingnya sendiri memiliki fasilitas kopi dan ubi rebus, dvd player, serta pembicara motivasi bernama Handai Taulani. Pembicara motivasi diperlukan agar semangat tetap tinggi, pendirian tetap teguh dan mental tetap kuat untuk melakukan perampokan di sebuah kota kecil yang penduduknya telah lupa cara berbuat kejahatan. Dan bukan hanya itu, menurut saya, ini adalah satu satunya cerita perampokan dengan unsur pelestarian budaya lokal!
Di buku ini kamu juga akan bertemu dengan Inspektur Polisi Abdul Rojali, seorang abdi Negara yang lebih lurus daripada marka jalan, tak mempan suap, meski di saat yang sama dia sedang sangat membutuhkan biaya yang sangat besar untuk putri kesayangannya yang ingin sekali masuk sekolah perawat. Saat kita memilih melakukan hal yang benar padahal tidak ada yang melihat dan memuji..itulah integritas kawan. Pak polisi pahlawan kita ini mengidolakan Shakrukh Khan, dia pajang gambarnya di kamar tidur dan di ruang kerja. Seorang polisi berdedikasi di kota kecil yang sangat aman, maka yang terjadi adalah kebosanan kronis..
Salah satu bab yang membuat saya menangis adalah bab yang berjudul, mereka yang mau belajar tak bisa di usir. Kisah tentang seorang anak perempuan, Aini namanya, yang sangat kesulitan di pelajaran matematika, saya yakin saya menangis tersedu membacanya karena teringat situasi saya dulu saat belajar matematika di sekolah. Mengharukan! Aini adalah alasan dari berbagai keping cerita yang terangkum di buku ini.
Kebahagiaan adalah…
Kamu pasti bisa menjawab pertanyaan itu setelah membaca buku ini.