Refleksi Hari Pendidikan Nasional, “Pikiran Adalah Senjata”

Medan, 2 Mei 2025
Dalam sebuah aksi Mayday tahun 2025 di Kota Medan, terdengar teriakan lantang dari salah satu massa aksi yang menjadi perhatian massa. Teriakan yang diteruskan oleh pengeras suara dari atas mobil komando tersebut, ternyata adalah suara seorang mahasiswi. Ia adalah massa aksi yang melalui teriakannya mempertanyakan aktiifitas polisi di sekitaran massa aksi. Saat itu massa aksi berada di depan Kantor DPRD Sumatera Utara sedang berdialog dengan anggota legislatif yang menemui massa aksi.
Melalui suaranya ia mempertanyakan aktifitas polisi dilokasi yang terlihat mulai merapat ke krumunan massa aksi secara serentak. Menurut suara itu juga, para polisi yang merapat ke massa aksi membawa peralatan pengurai massa termasuk Water Canon. “Mau ngapain kalian ? Mengapa kami di intimidasi begini ? apakah kami terlihat seperti teroris ? seperti koruptor ?” tanya nya. Hal tersebut sentak membuat kehebohan massa yang turut menjadi marah dan memperhatikan aktifitas para polisi.
Suara itu mengatakan bahwa mereka melakukan aksi tersebut hanya dengan membawa pikiran mereka. Namun jikalau itu dianggap berbahaya karena memberi kritik dan masukan, maka silahkan menganggap itu sebagai senjata. Hal ini ditegaskan oleh mahasiswa tersebut dengan semakin keras dan berapi-api dihadapan ratusan massa aksi.
Pikiran memang dapat diibaratkan sebagai senjata. Sebab pikiran memang dapat menyerang kebijakan pemerintah yang senyatanya tidak mensejahterakan rakyat. Pikiran dapat memerangi ketidak-adilan yang terjadi lewat paparan-paparan argumen yang dilahirkannya. Oleh karenanya, tidak heran jika didunia ini banyak pemerintah akan mengganggu setiap orang yang mampu berfikir objektif dan berani.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Rara dalam orasinya saat didepan Kantor Gubernur Sumatera Utara. Dia menyampaikan hasil pemikirannya yang menyimpulkan bahwa ternyata Pengawas Ketenagakerjaan tidak bekerja dengan baik. jelas bagi setiap pemikiran yang sempit, pikiran Rara tersebut merupakan senjata yang menyerang Pengawas Ketenagakerjaan.
Namun apakah dia layak dihadapkan dengan persenjataan yang dimiliki kepolisian sebagaimana isi teriakan diatas ? tentu tidak. Justru jika pemerintah berorientasikan kerakyatan, harusnya mendengar dan menindak lanjuti pikiran tersebut. Oleh karenanya, sudah seharusnyalah setiap aksi massa ditunggu kehadirannya oleh para pemangku kebijakan. Sebab dari sanalah akan ditemukan seperti apa kondisi yang riel yang ada dilapangan, baik sebelum dan sesudah kebijakan dijalankan.
Baca Juga : Harun Joko Prayitno: Pendidikan Bukan Sekadar Mengajar, Tapi Memanusiakan Manusia! | Muhammadiyah Jateng
Lalu bagaimana seharusnya kebijakan pemerintah disektor pendidikan ? tentunya haruslah memerdekan pendidikan itu. Memerdekakan nya untuk menemukan bentuknya sendiri yang akan menghasilkan kekritisan pada peserta didiknya. Kekritisan yang akan mampu menekan korupsi, pelanggaran hukum, serta ketidak adilan yang terjadi di negara ini. Tentunya untuk sebuah cita-cita pendidikan itu sendiri, yaitu memanusiakan manusia sebagaimana disebut Harun Joko Prayitno. (yig)
What’s your Reaction?
+1
+1
+1
+1
+1
+1
+1