Untuk Para Sahabat, “KENANGANKU DENGAN KALIAN YANG DICULIK”
gerakanm | | 0 comments | 214 views
Surat Digitalku Untuk Saudaraku Petrus Hariyanto
Aku ingat dengan baik Bung, suatu malam sekitar jam 11 an dipenghujung tahun 2018, teman-teman kirim berita via WA. Beritanya mengabarkan bahwa Ibu Misiati (Genoveva Misiati, ibunda Bimo Petrus/Bimpet) wafat.
Seketika itu di jelang tengah malam itu juga mataku berkaca-kaca, karena merasakan bagaimana perasaan seorang ibu yang hingga akhir hayatnya tidak pernah mengetahui nasib dan keberadaan anaknya yang katanya diculik !
Bahwasanya, Aku sungguh merasakan itu, karena aku tahu bagaimana dulu Ibuku juga sering membesarkan hatiku pada saat aku stress dan ketakutan krn aktivitas kita ! Malam itu spontan langsung aku berdoa. Terlintas di ingatanku 4 teman kita (kader PRD) yg hilang hingga saat ini. Mereka adalah Bimpet, Wiji Thukul, Herman Hendrawan dan Suyat.
Hanya Suyat yg aku tidak pernah bersentuhan secara personal sehingga hubungan emosionalku tidak sempat terbangun dgn baik bersamanya.
Yang pertama, Wiji Thukul. Suatu hari sekitar tahun 1994 aku diajak Fay (Hilmar Farid) “dolan” ke rumahnya di pinggir kalen. Kami bertiga (Thukul, Fay dan aku) sembari ngopi pahit ngobrol ngalor ngidul soal keresahan kita.
Hingga akhirnya, saat itu juga aku tahu bahwa Wiji Thukul ternyata memang punya referensi yang dahsyat dlm berkesenian. Yang paling terutama adalah coretan puisinya yang hampir selalu aku bacakan bersama dengan Haryo di setiap aksi kita !
Bahwa masih tersimpan juga dalam ingatanku, anak sulung Thukul yg bernama Nganthi Wani. Waktu itu ia masih kecil, lari kesana kemari dan sesekali mengganggu obrolan kami.
Selanjutnya, Herman Hendrawan. Karena sama-sama Katolik, kami jadi punya kedekatan spontan secara primordial dalam setiap aksi kita dulu. Aku masih ingat dgn baik wajah, tingkah laku dan cara dia berbicara di setiap aktivitas kita.
Berikutnya, Bimpet… oalahh Bimpet…!
Aku sendiri lupa, berapa lama aku terakhir jumpa dengan dia dan setelah itu dia “menghilang”. Tapi seingatku, sekitar 2 atau 3 bulan sebelum dia “menghilang” sampai saat ini, aku ada bertemu dengannya. Kenangan itu adalah kenangan terakhirku dengan dia, dan tidak mungkin aku lupakan, dan itu sungguh berkesan.
Suatu saat aku dolan ke STF Driyarkara, sowan ke Romo Herry Priyono, SJ untuk ngobrol ngalor ngidul juga soal keresahan kita. Sampai di suatu kesempatan, Romo Herry memberi pesan untuk ku. “Dedi, kamu harus nonton sebuah film, karena kalo kamu tidak nonton film ini, kamu akan kehilangan perikop (bacaan) yg sangat berharga di tahun ini. “Apa judul filmnya Romo ?” Aku tanya. Romo menjawab, “The House of the Spirit, tontonlah !”
Beberapa hari kemudian, aku ajak Bimpet dgn temanku yang lain. Mega Christina (mahasiswa Unair yang sekampus dengan Bimpet) juga juga ikut nonton film itu di Bioskop 21 – Megaria.
Dahsyattt, film itu diangkat dari novel yang ditulis oleh Isabel Allende. Ia cucu dari Salvador Allende, presiden “Marxis” Chile yg digulingkan oleh rezim militer Augusto Pinochet di tahun 70an. Persis seperti yang disampaikan Romo ketika itu, itu adalah sebuah film yang sangat menarik utk kita. Ada sejarah, ada kisah konflik kelas, ada percintaan dan seks, ada cerita mistisnya dll. Sungguh Dahsyat film itu.
Aku ingat, waktu itu aku yg nraktir mereka berdua utk beli tiket. Namun setelah beberapa lama tidak berkabar, akhirnya aku mendengar Bimpet bersama beberapa teman lain, diculik.
Aku merindukan mereka sampai sekarang. Seandainya aku bisa jumpa mereka tentu aku bisa cerita banyak soal kenangan-kenangan kita di masa lalu. Apalagi Bimpet, pasti akan aku ajak ngobrol soal kenangan terakhir kami saat nonton film The House Of tThe Spirit.
Ahh.., tapi mungkin Bimpet juga saat ini sedang cerita bersama Romo Herry Priyono disana. Dia pasti cerita sudah nonton film itu kepada Romo. Ia juga cerita dan ngrasani aku yg mbayarin tiket nonton filmnya.
Sekaligus juga, dia mungkin misuh2i BS (Bdm) krn kesal, gara2 BS skrg temanan mesra sama PS. PS yg membuat dia tidak bisa ngobrol lagi dengan aku untuk membahas lebih lanjut kelanjutan kisah cinta Antonio Banderas dan Winona Ryders (pemain film the House of the Spirit) yg kandas gara2 perbedaan kelas.
Pet… nong endi awakmu rék ?
Jakarta, 22 Agustus 2023.
(DH, sedulure Petrus Hary)