“Kebebasan yang Bertanggung Jawab”, By : Vladimira Cahyadi
“Kebebasan yang Bertanggung Jawab,”
By : Vladimira Cahyadi
Pada umumnya, manusia mengartikan kebebasan sebagai segala sesuatu yang dapat kita lakukan sesuka hati tanpa paksaan orang lain. Namun bukan hanya bebas melakukan segala sesuatu saja, tetapi juga harus bertanggung jawab dalam kebebasan tersebut. Dalam tradisi individualis Eropa, seseorang bisa dikatakan bebas apabila ia dapat memilih dan menentukan tujuan-tujuan atau Tindakan-tindakan yang akan dilakukan dan dicapai.
Di Indonesia terdapat beberapa prinsip persatuan dan kesatuan bangsa. Salah satunya adalah “Kebebasan yang Bertanggung Jawab”. Makna dari prinsip kebebasan yang bertanggung jawab adalah kebebasan yang tetap memperhatikan ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia. Masyarakat diberikan kebebasan dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi, agama, dan sosial budaya. Meskipun diberi kebebasan, namun kebebasan yang diberikan adalah kebebasan yang bertanggung jawab dan tidak merugikan orang lain.
Contoh prinsip kebebasan yang bertanggung jawab adalah Negara yang menjamin pemenuhan hak asasi manusia sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945. Salah satu hak yang dijamin adalah kebebasan berpendapat. Selain itu, ada juga Pasal 28E Ayat 3 UUD 1945 yang berbunyi ; “ Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat,berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.
Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, kebebasan berpendapat tidak boleh bertentagan dengan hukum. Seseorang yang hendak mengemukakan pendapat harus mematuhi aturan yang ada, seperti tidak boleh mengganggu ketertiban dan kepentingan umum. Selain itu, dalam berpendapat, setiap orang juga wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Batasan-batasan dalam menjalankan kebebasan ini tercantum dalam Pasal 28 J UUD 1945.
Dalam kehidupan sehari hari, anak-anak akan pergi sekolah dengan orang tua mereka. Dipagi hari anak-anak akan sibuk menyiapkan dirinya untuk sekolah dan orang tua menyiapkan dirinya untuk bekerja. Terkadang kita terburu-buru untuk pergi karena sudah terlambat atau karena ada urusan lain yang harus diselesaikan. Karena terburu-buru akan urusan kita sendiri, terkadang itu menimbulkan konflik antara orang tua dan anak yang membuat suasana pagi tidak enak. Hal itu disebut dengan kebebasan individu. Kebebasan individu diartikan sebagai kebebasan mutlak, dan memenuhi kebutuhan hanya untuk diri sendiri tanpa mementingkan orang lain.
Kebebasan Individual
Kebebasan Individual dibagi menjadi 6 yaitu Kesewenang-wenangan, Kebebasan fisik, Kebebasan yuridis, Kebebasan psikologis, Kebebasan moral, dan Kebebasan eksistensial.
(1) Kesewenang-wenangan
Bebas melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Terlepas dari segala kewajiban dan keterikatan atau izin dan kesempatan untuk berbuat semuanya.
(2) Kebebasan Fisik
- Tiada paksaan atau rintangan dari luar.
- Bebas bergerak kemana saja tanpa hambatan.
(3) Kebebasan Yuridis
Kebebasan berkaitan erat dengan hukum yang harus dijamin oleh hukum.
(4) Kebebasan Psikologis
- Kebebasan untuk menentukan dirinya sendiri, antara yang baik dan yang buruk.
- Berkaitan erat dengan rasio.
(5) Kebebasan Moral
- Erat kaitannya dengan psikologis.
- Kebebasan moral menekankan pada suka rela.
- Tidak ada tekanan atau paksaan dalam menentukan sesuatu.
(6) Kebebasan Eksistensial
- Kebebasan untuk mengembangkan dan mengarahkan hidupnya secara mandiri.
- Individu yang bebas secara eksistensial adalah yang “Memiliki Dirinya Sendiri”.
Hubungan kebebasan dan tanggung jawab
Terdapat hubungan timbal balik antara pengertian “kebebasan” dan “tanggung jawab”. Manusia yang mengatakan “manusia itu bebas” maka dengan sendirinya menerima “manusia itu bertanggung jawab”. Tindakan yang diambil dari kebebasan adalah tanggung jawab kita.
Manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya akan dihadapkan dengan kondisi yang menuntut adanya sikap tanggung jawab pada setiap perannya. Tanggung jawab akan mulai tampak ketika manusia sudah menyadari atas perbuatan baik dan perbuatan buruk yang dilakukan. Karena itu tanggung jawab adalah sikap yang sangat penting dan harus dimiliki oleh setiap manusia. Mulai dari perilaku sikap tanggung jawab, seseorang dapat dihargai oleh orang lain.
Siapa yang tidak menginginkan kebebasan? Semua orang pasti menginginkan yang namanya kebebasan. Akan tetapi banyak orang yang salah dalam mengartikan kebebasan tersebut. Kebebasan bukan berarti kita bebas dengan senang hati memilih dan melakukan apapun yang kita inginkan tetapi juga bertanggung jawab atas hal yang kita lakukan dan yang kita pilih. Dan Ketika kita diberikan kebebasan, kita juga harus tau tujuan jelas kita memilih hal tersebut. Manusia hidup dan diberikan kebebasan untuk memilih proses dan jalan hidupnya masing-masing. Kita diciptakan untuk dapat memilih jalan hidup dan kisah hidup kita sendiri sesuai kemauan kita. Tetapi kita juga harus tetap bertanggung jawab atas apa yang kita pilih, dan untuk apa kita memilih untuk melakukan hal tersebut?
Maka konsep kebebasan tidak hanya memuat tentang ‘bebas dari apa saja’, tetapi juga memuat tentang ‘bebas untuk apa’. Inilah yang disebut sebagai kebebasan eksistensial, seseorang dapat keluar dari dirinya dan kemudian memilih dan menentukan dirinya sendiri. Ketika seseorang bebas secara eksistensial, maka dengan cara otomatis kebebasan itu akan menciptakan keterbatasan atau bisa juga dikatakan menuntut adanya tanggung jawab dari diri yang bebas. Kebebasan eksistensial tidak akan pernah bisa lepas dari tanggung jawab.
Manusia bisa disebut bebas apabila ia mampu menuntun dan mengarahkan dirinya menuju kesempurnaan. Orang yang bebas selalu menginginkan adanya perkembangan yang baik pada dirinya. Kita bisa melakukan perkembangan pada diri kita melalui refleksi diri dan dengan mau menerima nasihat orang lain tanpa adanya kekesalan, kita dapat mengetahui keburukan perbuatan dan perilaku kita. Dan setelah kita mengetahui keburukan kita, hendaknya kita mengupayakan untuk memperbaiki diri agar menjadi lebih baik dan tidak mengulangi hal tersebut.
Manusia diciptakan oleh Tuhan dan dikarunia beberapa kehendak. Salah satunya adalah kebebasan. Inilah yang akan menjadi salah satu ciri khas manusia yang satu dengan yang lainnya. Manusia bebas untuk menentuk hidupnya sendiri mau dibawa kemana. Tuhan menempatkan kehendak bebas dalam diri manusia agar mampu bertanggung jawab dengan pilihannya. Tuhan memberi kita kebebasan karena ia mengerti bahwa kasih adalah sesuatu yang tidak dapat dipaksakan. Kasih hanya dapat terwujud ketika adanya kehendak bebas. Atau dengan kata lain, kasih merupakan sesuatu yang dipilih secara sadar, murni dari hati kita sendiri tanpa paksaan dari siapapun.
Secara teologis kehendak bebas adalah pemberian Tuhan kepada manusia untuk dibedakan dari ciptaan lainnya. Dalam kehendak bebas manusia menjadi ciptaan yang termulia yang harus disyukuri. Manusia menerima kehendak bebas dari Allah sejak ia lahir namun kehendak bebas itu dengan tujuan memuliakan Allah.
Dalam konsep kekristenan, kebebasan itu mempunyai batasan. Dan kita juga mengatakan bahwa Tuhan pun dalam kebebasan-Nya rela “membatasi” diri. Sebebas-bebasnya Tuhan, tetap tidak mungkin Ia berbuat dosa. Ini berarti Tuhan juga tidak menggunakan kebebasan dalam pengertian bebas melakukan apa saja. Kita percaya bahwa kebebasan ini adalah kebebasan yang rela membatasi diri. Bahkan, Tuhan Yesus turun menjadi manusia merupakan suatu ekspresi kebebasan yang luar biasa, ketika kita justru menjadi kagum, ketika Allah yang Mahabebas rela membatasi diri. Kebebasan yang tidak bisa membatasi diri bukanlah kebebasan. Dengan kata lain, orang yang demikian sebenarnya terikat.
Dikutip Dari Kiriman Penulis Kepada Redaksi.
Penulis Adalah Siswa Kelas 7 SMP St. Ignatius, Medan